Tips Urban Farming Demi Harga Cabai Yang Mahal

bibitunggul.co.id –  Kepala Seksi Ketahanan Pangan dan Pertanian sekaligus Plt. Kepala Seksi Peternakan Kesehatan Hewan Sudin KPKP Jakarta Selatan Nila Kartina menyarankan agar warga bisa menanam bahan pangan sendiri di rumah termasuk cabai.

Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, Perikanan (KPKP) Jakarta Selatan mendorong warga mengembangkan pertanian perkotaan (urban farming) sebagai solusi mahalnya harga cabai di seluruh pasar DKI Jakarta dalam beberapa hari belakangan.

Menurut Nila, menanam cabai terbilang mudah hanya membutuhkan bibit, wadah seperti pot atau polybag serta harus menempatkannya di bawah sinar matahari langsung.

“Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah mengimbau untuk bisa menanam tanaman yang bisa dilakukan di rumah. Misalnya cabai karena memang cukup mahal,” kata Nila Kartina saat ditemui, Jakarta, Kamis (21/7). 

Dikatakan pula ada berbagai faktor yang bisa mempengaruhi mahalnya harga cabai di pasaran seperti faktor hujan, transportasi hingga pakan hewan di DKI Jakarta.

Warga pun bisa menanam satu sampai lima pot tanaman cabai untuk kebutuhan pangan keluarga agar lebih efisien dan harga terjangkau daripada di pasaran.

Selain itu, Nila menambahkan Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Jakarta Selatan (Sudin KPKP Jaksel) sudah rutin melakukan urban farming dengan membuat kelas berkebun di 10 kecamatan.

Melihat kondisi tersebut, pihak Suku Dinas rutin melakukan pemantauan harga pangan yang ada di wilayahnya. Namun semua kembali pada kebijakan yang dimiliki pemerintah pusat.

Harapannya, pelaku urban farming nantinya selain bisa mencukupi kebutuhan pangan keluarga juga bisa mengolahnya sebagai ladang penghasilan.

Adapun kelas berkebun yang terakhir dilakukan yakni penanaman buah melon golden yang bekerjasama dengan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) tingkat Jakarta Selatan.

“Bisa kita lakukan pengolahan seperti dibuat jus atau es krim tapi itu kan melalui proses pembelajaran. Jadi nanti ke depannya akan terus kami gencarkan,” tuturnya

Sebagian besar usia penggiat urban farming berada dalam rentang usia 41-50 tahun dengan besaran 37 persen, diikuti usia lebih dari 50 tahun yakni 35,5 persen, kemudian usia 31-40 tahun sebanyak 19,5 persen. Pegiat pertanian di bawah 30 tahun mencapai 8 persen.

Data Dinas KPKP Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2021 menunjukkan, terdapat sebanyak 735 lokasi urban farming dan 269 diantaranya berada di Jakarta Selatan. Dari sisi metode budidaya, hidroponik menempati urutan terbanyak yang dilakukan di Jakarta dengan total 175.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *