Site icon Bibit Unggul

Cemari DAS Citarum, Bioflok Jadi Solusi untuk Gantikan KJA

bibitunggul.co.id – Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb. Haeru Rahayu, menyampaikan, KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) berupaya untuk memberikan stimulus kegiatan budidaya berbasis daratan untuk pembudidaya yang terkena dampak pengurangan KJA. Pembudidaya tersebut dapat mengaplikasikan budidaya sistem bioflok.

Tb. Haeru Rahayu menjelaskan, bioflok memiliki banyak keunggulan dan tidak kalah produktif dari sistem KJA. Sistem budidaya ini juga bisa menciptakan produktivitas yang tinggi, bahkan bisa sampai lima hingga sepuluh kali lipat dari produktivitas budidaya sistem konvensional, pasalnya padat tebar yang digunakan dapat lebih tinggi.

Saat ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah berkontribusi untuk memperbaiki kondisi daerah aliran sungai (DAS) Citarum yang sudah tercemar. Salah satu penyebabnya adalah jumlah keberadaan keramba jaring apung (KJA) yang sudah melebihi kapasitas. KJA tersebut berada di tiga waduk pada DAS Citarum, yaitu Waduk Jatiluhur, Cirata, dan Saguling. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan mengganti sistem budidaya di KJA dengan sistem bioflok.

Keunggulan lain dari bioflok adalah dapat diaplikasikan pada lahan yang tidak begitu luas dan bisa dikembangkan di perkotaan. Sistem ini juga dapat membuat penggunaan pakan menjadi lebih efisien.

“Misalnya, padat tebar ikan nila di kolam adalah 10 ekor/m2, sedangkan padat tebar lele di kolam sebanyak 100–200 ekor/m2, sementara dengan menggunakan budidaya sistem bioflok bisa padat tebar 500–1.000 ekor/m2,” terang Tb. Haeru 

Waktu pemeliharaan pada sistem bioflok tergolong lebih singkat karena pertumbuhan ikan yang lebih cepat. Kelebihan lainnya yang tidak kalah penting ialah ramah lingkungan dan intensitas pergantian air berkurang jauh. Pergantian air dilakukan hanya karena evaporasi atau penguapan.

“Jika pada teknologi konvensional nilai feed conversion ratio (FCR) rata-rata 1,2–1,5, dengan teknologi budidaya sistem bioflok diperoleh FCR dapat mencapai 0,8–1,0 karena kualitas air yang baik sehingga energi untuk pertumbuhan lebih banyak,” terang Tb. Haeru.

Mantan pembudidaya ikan di Waduk Jatiluhur yang menggunakan KJA dan tergabung di dalam Pokdakan Tirta Mina Jati Mekar, Purwakarta, Aceng Kurnia, mengatakan, setelah terdampak pengurangan KJA di Waduh Jatiluhur, pihaknya sempat kebingungan untuk budidaya ikan. Bantuan paket bioflok yang diberikan berhasil memecahkan permasalahan tersebut beserta dengan permasalahan budidaya yang selama ini dirasakan oleh Pokdakannya ketika budidaya ikan di KJA.

DJPB memberikan bantuan sebanyak 2 paket bioflok untuk 2 kelompok budidaya ikan yang sebelumnya mengelola KJA di Waduk Jatiluhur. Pemberian ini bertujuan mengaplikasikan sistem bioflok di DAS Citarum.

Selain di Jatiluhur, bantuan paket bioflok juga diberikan kepada Pokdakan yang berada di Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur.