Berbahaya!, Hama Tanaman Lada yang Mengkhawatirkan

bibitunggul.co.id – Hama penggerek batang (Lophobaris piperis Marsh.) termasuk hama utama tanaman lada yang mampu menurunkan produksi. Pada fase larva, hama dapat merusak cabang atau batang pada ruas tempat kumbang betina meletakkan telur.

Salah satu hambatan dalam budidaya tanaman lada adalah serangan hama. Ada beberapa jenis hama lada yang menjadi momok bagi petani lada karena serangannya dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar, bahkan bisa menyebabkan gagal panen. Salah satu hama tanaman lada yang dikhawatirkan adalah hama penggerek batang.

Serangga penggerek batang dapat mengakibatkan kerusakan cabang batang tanaman lada hingga mencapai 19—43 persen, kerusakan tandan buah 64—97 persen, dan kerusakan buah 9—20 persen.

Serangan larva mengakibatkan kematian cabang, batang, dan pada serangan berat dapat mematikan tanaman lada. Serangga yang sudah memasuki fase dewasa dapat merusak bunga, buah, dan pucuk tanaman lada.

Hama penggerek batang dikenal sebagai kumbang moncong lada kecil. Kumbang ini aktif pada sore hari sekitar pukul 17:00—18:00. Kumbang betina dapat hidup selama 1—1,5 tahun dan mampu menghasilkan telur rata-rata 250 butir, maksimal 525 butir per ekor.

Daerah sebaran L. piperis di Indonesia adalah Sumatera, Bangka, Kalimantan, dan Jawa. Di Lampung, hama ini ditemukan di daerah utama lada di Lampung Selatan, Lampung Tengah, dan Lampung Utara.

Pada pertumbuhan penuh, larva mencapai panjang 8 mm. Larva kemudian membuat kokon dari sisa-sisa gerekannya berbentuk seperti “tong” terletak pada sendi tersebut.

Kumbang akan meletakkan telurnya di dalam liang yang dibuat oleh induknya di sendi-sendi pada ruas-ruas batang tanaman. Setiap liang biasanya hanya diisi oleh satu butir telur. Setelah telur menetas, larva menggerek bagian tersebut. Bagian atas bekas gerekan tersebut menjadi layu, daun-daunnya muda gugur dan dalam keadaan lebih lanjut bagian batang tersebut menjadi mati.

Hama penggerek batang dapat diatasi dengan parasitoid yang bertindak sebagai musuh alami. Parasitoid yang dapat digunakan adalah parasitoid larva (Spathius piperis Wilk.; BraconidaeHymenoptera) dan parasitoid kepompong (Eupelmus curculinois Ferr.; EupelmidaeHymenoptera). Larva dan kepompong yang diparasitasi berturut-turut adalah 12,35 persen dan 4,44 persen.

Siklus hidupnya dalam kurungan dapat diselesaikan antara 45—60 hari. Jangka waktu ini dapat juga dipakai sebagai pedoman masa siklus hidupnya di lapangan walaupun dalam hal ini tidak dapat dihindarkan adanya pengaruh keadaan fisiologis tanaman yang dapat memperlambat atau mempercepat perkembangannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *