Luncurkan Inovasi Alat Mesin Pertanian Lahan Kering,Ini Penjelasan Kementan!

Drone tanam model larik merupakan pengembangan dari drone penebar benih. Alat ini dapat bekerja mandiri mengikuti pola tanam. Drone dioperasikan menggunakan perangkat Android dan dipandu GPS. Pesawat tanpa awak ini dapat mengangkut benih padi sebanyak 6—10 kg, beroperasi di ketinggian 1—2 meter, kecepatan kerja 4 km/jam, dan mampu digunakan untuk menanam benih pada lahan seluas 1 hektare dalam kurun waktu satu jam.

“Kawasan pertanian lahan kering yang terintegrasi sangat berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Untuk itu perlu adanya dukungan mekanisasi di lahan kering tersebut agar memaksimalkan produksi, provitas, dan efisiensi sumber daya pertanian,” tutur Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo

Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) meluncurkan prototipe alat mesin pertanian lahan kering. Alat mesin pertanian (alsintan) tersebut adalah drone tanam model larik, mesin penanam ubi kayu, dan alat penanam benih kentang. Ketiga prototipe tersebut merupakan hasil rekayasa yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan).

Alsintan selanjutnya adalah alat tanam ubi yang memiliki banyak fungsi. Mulai dari menggulud tanah, menanam setek ubi kayu mengikuti pola satu baris, memupuk, hingga menyemprotkan pestisida secara terintegrasi. Alsintan ini bekerja dengan kecepatan 2,74 km/jam. Guludan yang dihasilkan oleh alat tanam ubi dapat mencapai 200—300 milimeter dengan jarak antarguludan sekitar 1.300 milimeter.

Kepala Balitbangtan, Dr. Fadjry Djufry, menjelaskan, keunggulan lain dari drone tanam model larik ini bisa melakukan resume operation sehingga operasi yang tertunda bisa dilanjutkan dan tidak terjadi overlap.

“Alat ini beroperasi dengan digandengkan traktor roda empat dengan minimal daya 50 HP. Kapasitas kerja alat ini mencapai 2,81 jam/hektare dengan operator cukup dua orang. Hal ini tentu sangat efisien dan tentunya hemat biaya,” papar Fadjry.

“Semua inovasi teknologi Badan Litbang yang di-launching hari ini diharapkan diadaptasi dan diproduksi massal oleh para perusahaan alsintan yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk  meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha tani sehingga mampu meningkatkan produksi usaha tani dan kesejahteraan petani,” terang Syahrul.

Prototipe alsintan terakhir yang diperkenalkan adalah alat penanam benih kentang. Alat ini mampu menanam benih pada lahan seluas 1 hektare dengan kurun waktu lima jam. Alat penanam benih memiliki dua baris jalur penanaman dengan jarak tanam 60 cm dan jarak dalam baris 30 cm. Penanam benih ini ditarik dengan traktor roda empat dengan minimal daya 40 HP yang dilengkapi dengan penebar pupuk.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *